TIMES KALTENG, SURABAYA – Di pusat Kota Surabaya, terdapat sebuah taman kota yang begitu asri dan rindang di Jalan Taman Bungkul, Darmo.
Hembusan angin lembut melalui ranting-ranting pohon di Taman Bungkul terasa menyejukkan bagi para pengunjung, terutama bagi anak-anak yang bermain di pagi hari.
Di tengah terbatasnya ruang kota besar dengan padatnya penduduk, ketersediaan taman kota menjadi salah satu akses ruang terbuka yang efektif bagi masyarakat.
Beberapa fasilitas digunakan untuk aktivitas sosial dan rekreasi ringan. Banyaknya pengunjung yang hadir menjadi faktor untuk mendukung pergerakan UMKM di sekitar taman kota. Selain itu, taman kota berfungsi sebagai paru-paru Kota Surabaya dalam mengurangi polusi udara.
Tanpa dipungut biaya, masyarakat bisa menikmati seluruh fasilitas-fasilitas yang ada di tiap taman kota. Ini cukup menguntungkan, khususnya bagi ekonomi menengah kebawah yang ingin rekreasi, tapi minim budget.
Adapun, pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berperan besar dalam menjaga kelangsungan ruang terbuka hijau. Mereka berperan aktif pada revitalisasi pada infrastruktur dan menambah pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang tersebar di penjuru kota.
Tercatat ada sekitar 949 taman yang terdiri dari taman aktif dan taman pasif berdasarkan data di Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Taman Bungkul adalah salah satunya. Ini merupakan taman kota ikonik yang menjadi tempat favorit masyarakat Surabaya. Pada tahun 2013, Taman Bungkul pernah meraih penghargaan The 2013 Asian Townscape Award dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Taman Terbaik se-Asia.
Fasilitas Taman Bungkul mencakupi jogging track, yaitu tempat yang disediakan untuk jalur olahraga di bawah pepohonan yang rindang. Adapun skate park menjadi salah satu area populer di kalangan anak muda. Arena bermain bocah terisi oleh banyak mainan yang asik dan aman.
Pada Minggu pagi, Taman Bungkul cukup rutin mengadakan event Car Free Day (CFD). Jalan Raya Darmo ditutup kecuali bagi para pejalan kaki, bersepeda, dan berolahraga.
Salah satu fasilitas unggulan dari Taman Bungkul adalah wifi gratis yang sangat dibutuhkan banyak pengunjung. Terlebih lagi, pada area amfiteater terbuka sebagai ruang penampilan atau pertunjukan seni, musik, atau teater dilengkapi oleh nuansa air mancur yang dihiasi lampu-lampu.
Selebihnya, toilet, musala, bangku-bangku taman, dan area kuliner juga tersebar di area Taman Bungkul.
Dengan fasilitas yang ditawarkan, banyak masyarakat yang merasa senang ketika hadir di sana. Kebanyakan, anak-anak lucu lebih mendominasi ketika pagi hari di area bermain. Selebihnya, ada beberapa pasangan kencan yang duduk di dekat air mancur. Selain itu, beberapa petugas secara aktif mengelola area taman.
Menurut seorang petugas kebersihan, Jamilah (25), jika beban kerja terkait kebersihan tergolong cukup melelahkan. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran pengunjung terkait menjaga kebersihan di area Taman Bungkul.
“Kadang-kadang, pengunjung buang sampah sembarangan di depan petugas-petugas. Nanti kalau ada yang liat, langsung dikatain, katanya petugas gak sigap. Padahal baru aja disapu," ungkapnya.
“Harapannya cukup satu, menghargai para petugas dan ditingkatkan lagi kesadaran untuk buang sampah sesuai tempat yang disediakan,” sambung Jamilah.
Taman Bungkul dibuka selama 24 jam dan gratis. Masyarakat bisa mengunjungi kapanpun tanpa terhalang waktu. Lokasinya mudah diakses, khususnya bagi pengendara kendaraan pribadi karena tersedia beberapa tempat parkir. Jika ingin menaiki transportasi publik, bus kota dan Suroboyo Bus bisa dijadikan pilihan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Taman Bungkul Surabaya dan Angin Segar bagi Warga Tengah Kota
Pewarta | : Siti Nur Faizah |
Editor | : Ronny Wicaksono |